SERANG (KB) – Sejak hari pertama puasa Ramadhan, di seluruh kawasan Kota Serang, terutama kawasan Pasar Lama dan Islamic Center, muncul beberapa warung dadakan. Warung-warung itu menjual makanan khas berbuaka puasa. Salah satunya adalah ketan bintul yang hidangan khas warga Banten dan hanya ada di bulan Ramadhan.Para pedagang dadakan ini menggelar tenda. Jumlah warung-warung itu mencapai ratusan tenda. Setiap tenda, selain menyiapkan ketan bintul juga menyediakan beragam menu berbuka puasa lainnya. Namun sekian banyak menu berbuka puasa yang paling dicari masyarakat adalah hidangan ketan bintul. Dinamakan ketan bintul karena makanan khas itu memang berbahan baku nasi ketan yang sudah dihaluskan. Agar mudah memakannya, nasi ketan itu dibuat dalam porsi khusus berukuran sekitar 5×5 cm dengan ketebalan sekitar 2 hingga 3 cm.Tampilannya pun menarik karena warnanya putih bersih. Jika Anda ingin menikmatinya satu porsi, cukup membayar Rp 10.000 sudah memperoleh enam kerat ketan putih ditambah sepotong daging sapi berikut gulainya yang telah dibubuhi serundeng dan bawang goreng. Aroma gulai daging sapi itu cukup menantang selera makan. Tak aneh jika menjelang waktu berbuka, ramai-ramai warga mendatangi tenda-tenda penjual ketan bintul itu besar.Menurut seorang tokoh masyarakat Banten, tradisi makan ketan bintul ini sebenarnya yang sudah berlangsung sejak 15 abad yang lalu. Suatu kebiasaan yang sangat sulit untuk dilupakan, karena kebiasaan ini hadir bukan hanya sebagai santapan pembuka dibulan Ramadhan saja, tetapi sudah menjadi makanan keseharian bagi masyarakat Banten dari berbagai macam kalangan dan golongan. Konon ketan bintul merupakan makanan kesukaan raja-raja BantenCara membuat hidangan khas Banten sebenarnya tidak sulit. Mula-mula kita menanak ketan sampai dipastikan matang. Ketan yang sudah dipastikan matang tersebut kemudian ditumbuk halus masih dalam keadaan panas dengan sebuah alu kayu yang ujungnya diberi pelapis dari plastik atau alat penumbuk lainnya yang bersih dan tidak mudah luntur.Menumbuknya pun harus dengan tenaga yang besar, disini perlu diperhatikan beras yang sudah menjadi ketan tersebut jangan sampai kehilangan panasnya, agar pada saat menumbuk cepat halus dan empuk. Makanya membutuhkan kecepatan dan kecermatan serta mengerti betul bagian-bagian mana yang belum tertumbuk. Sambil membolak-balik penumbukan terus dilakukan hingga diyakini tidak ada bagian sedikitpun yang tidak tertumbuk.Memang melakukannya tidak boleh ada istirahat, karena panas yang dikandung pada ketan akan cepat menguap dan lekas menjadi dingin, bila ini yang terjadi ketan akan sangat keras ditumbuknya maka akan sulit mendapatkan hasil yang bagus dan sempurna, kemungkinan juga hasilnya akan gagal.Untuk itu pekerjaan semacam ini harus dilakukan minimal dua orang, dengan membagi tugas saling bergantian, satu menumbuk dengan alat penumbuk berupa alu kayu yang ada bebannya, yang satu lagi membolak-balikan sehingga tercipta satu kerjasama yang solid.(tim_one)