Foke Jadi DKI 2 Bersama Nachrowi di Pilgub 2012 -->

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

Foke Jadi DKI 2 Bersama Nachrowi di Pilgub 2012

Monday, August 8, 2011

Jakarta-Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat DKI Jakarta memastikan diri mengajukan nama Nachrowi Ramli sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta 2012-2017. Pencalonan Nachrowi kini tengah menunggu persetujuan Majelis Tinggi yang ada di Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat. Saya tegaskan kalau di DPD tidak akan ada turbulensi politik. Kami akan mati-matian mengusung Nachrowi. Demikian seperti dikutip kompas.com.Akan tetapi, selain nama Nachrowi, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo yang merupakan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat juga dikabarkan tetap maju. Terhadap adanya kabar pencalonan kembali Fauzi Bowo, Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat (Sekjen DPD Partai Demokrat) Irfan Gani menyatakan, pihaknya tidak akan mendukung Foke, sapaan Fauzi Bowo.
“Suara dari daerah sudah bulat mencalonkan Nachrowi. Saya tegaskan kalau di DPD tidak akan ada turbulensi politik. Kami akan mati-matian mengusung Nachrowi,” kata Irfan, Rabu (3/8/2011), seusai acara buka bersama di Plaza Senayan, Jakarta.Irfan mengatakan, hingga kini pengurus Demokrat di Jakarta sama sekali tidak tahu-menahu soal pencalonan kembali Foke. “Kalau mau mencalonkan silakan, tapi tentunya dia harus cari dukungan lain karena di daerah sudah tidak mendukung dia,” ucap Irfan.Dia mengatakan, Partai Demokrat di DKI Jakarta tidak mencalonkan Foke lantaran selama ini doktor lulusan Jerman tersebut tidak memberikan kontribusi apa pun bagi partai. “Konsolidasi pun tidak,” kata Irfan.Dia mengatakan, apabila Foke meminta dukungan dari pengurus Partai Demokrat di DKI Jakarta untuk menjadi gubernur kembali, hal itu tidak akan bisa dilakukan. “Kami maju dengan Bang Nara (Nachrowi Ramli) untuk DKI 1, bukan DKI 2. Akan tetapi kalau dia memang jadi wakil Bang Nara, silakan saja,” ungkap Irfan.Menurut dia, kasus kepala daerah yang kemudian mencalonkan lagi menjadi wakil kepala daerah kerap terjadi di sejumlah pemilukada di Indonesia. “Banyak kasusnya seperti itu. Di Jawa Barat ada, cuma saya lupa. Kalau dia tetap mau maju, tentu harus melepaskan egonya,” ujar Irfan.