NELAYAN KDL TERANCAM TERUSIR -->

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

NELAYAN KDL TERANCAM TERUSIR

Monday, July 4, 2011

Ilustrasi
CITANGKIL - Selama tiga bulan terakhir, para nelayan di kawasan Kra­katau Daya Listrik (KDL), Ke­lurahan Tegal Ratu, Citangkil, di­paksa meninggalkan daerah ter­sebut oleh sejumlah orang yang mengaku utusan dari Kra­katau Posco. Namun hingga ki­ni para nelayan bersikeras un­tuk tetap tinggal lantaran me­reka menganggap pengusiran ti­dak didasari alasan yang jelas.
Nelayan KDL berada di sebuah teluk di sekitar perusahaan pem­bangkit listrik di kawasan Kra­katau Industrial Estate Cilegon (KIEC) tersebut. Di daerah itu tak kurang dari 138 nelayan menambatkan perahunya, me­re­ka biasa mencari ikan di per­airan Ciwandan hingga Anyer. “Ka­mi sudah puluhan tahun men­cari ikan di sini, bahkan jauh sebelum PT KS (Krakatau Steel) membuat pabrik di Cilegon. Tapi sekarang kenapa keberadaan kami dipersulit, bahkan sekarang mau diusir,” kata Ramli, salah sa­tu nelayan KDL, Jumat (1/7).
Katanya, sejumlah orang selama tiga bulan terakhir selalu datang dan memaksa mereka pindah. Alasannya, daerah tersebut masuk dalam wilayah pem­ba­ngunan Krakatau Posco.
Lokasi pembangunan Krakatau Pos­co dan wilayah nelayan KDL sen­diri hanya dipisahkan aliran Su­ngai Ciwaru. “Dulu saat Kra­katau Posco mau dibangun, kami mengikuti sosialisasinya. Mereka mengatakan kawasan kami tak akan masuk pembangunan dan ba­tasnya adalah sungai Ciwaru. Tapi sekarang sungai itu sudah di­uruk dan ada yang mau me­ngu­sir kami,” kata Ramli.
Tak hanya upaya pengusiran, para nelayan pun menyesalkan dite­bangnya seluruh pohon mang­rove di lokasi tersebut. Ini me­nyebabkan biota laut di kawasan teluk KDL menjadi hancur dan ikan-ikan tak lagi terlihat di teluk itu. “Biasanya kami menangkap cumi-cumi untuk umpan mencari ikan di pinggiran teluk. Tapi gara-gara mangrovenya sudah ditebang habis, tak ada satu pun cumi-cu­mi di pinggir teluk,” ujarnya.
Senada dikatakan Amir, nelayan lainnya. “Padahal jika kita lihat di Jakarta, pihak in­dustri dan nelayan bisa berdam­pingan dengan tenang. Ta­pi di sini kok nelayan diin­timidasi terus. Ketika akses jalan menuju nelayan dibuat sulit, kami masih bisa mene­ri­ma. Tapi sekarang kami mau di­usir, harus pergi ke mana ka­mi mencari hidup,” kata Amir.
Sementara itu, Lurah Warnasari, Kecamatan Citangkil, Mahfud, mengatakan, kemungkinan nelayan KDL akan dipindahkan dan bergabung dengan nelayan Kubangsari. Namun pihaknya belum mendapat kejelasan terkait batasan wilayah untuk para nelayan Kubangsari. “Jika nelayan KDL dan Kubangsari bergabung, berarti mem­bu­tuhkan tambahan wilayah untuk mereka menam­batkan kapal. Tapi tentang wilayahnya kami belum tahu, maka nasib para nelayan hingga kini belum jelas,” kata Mahfud.
Pada bagian lain, Direktur SDM dan Umum Krakatau Posco Alu­goro Mulyowahyudi saat di­kon­firmasi melalui telepon geng­gamnya tampak enggan mem­berikan komentar. “Saya tak tahu tentang rencana pemin­dahan nelayan, nanti saja ya,” kata Alugoro seraya menutup telepon genggamnya. (tim_one)