Tanggerang - Rencana pemberlakukan tarif tunggal kereta rel listrik (KRL) menuai protes. Pengguna KRL Lintas Serpong dan komunitas warga merasa keberatan dengan tarif itu.
Menurut perwakilan penumpang KRL Lintas Serpong, Deddy Herlambang, pihaknya menolak pemberlakuan tarif tunggal sebesar Rp 8.000 untuk KRL Jalur Serpong – Jakarta. Tarif tersebut dirasa terlalu mahal mengingat jarak tempuh yang hanya 25 kilometer. “Kami akan protes. Saat ini kami telah melakukan pengumpulan tanda tangan dalam rangka menolak pemberlakuan peraturan tersebut, Tarif baru itu terlalu mahal,” keluhnya.
Penolakan juga datang melalui beberapa cara salah satunya melakukan dukungan penolakan melalui jejaring sosial facebook.
PT Kereta Api Indonesia (PT KA) dan PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) baru akan memberlakukan sistem single operation bagi KRL pada 2 Juli mendatang. Penerapan sistem tersebut akan mengubah seluruh sistem KRL dan diubah menjadi KRL Commuter Line, termasuk penerapan tarif tunggal.
Menurut GM-Corporate Secretary PT Commuter Jabodetabek (KCJ), Makmur Syaheran, pemberlakuan ini untuk mencapai target membawa 1,2 juta penumpang. “Ini untuk kepentingan bersama,” ungkapnya.
Untuk penerapan tarif tunggal nanti akan bersifat flat, tegas Makmur. Menurutnya, tarif akan diberlakukan sama, ketika penumpang berhenti di stasiun jauh atau dekat.
Walau menuai protes, Makmur berpendapat, penerapan tarif baru tersebut bukan merupakan penaikan harga. Lanjut Makmur, KRL Ekonomi AC dalam sistem tersebut harus berubah karena pemerintah sudah tidak memberikan subsidi untuk proyek itu(TiM_ONE)
Walau menuai protes, Makmur berpendapat, penerapan tarif baru tersebut bukan merupakan penaikan harga. Lanjut Makmur, KRL Ekonomi AC dalam sistem tersebut harus berubah karena pemerintah sudah tidak memberikan subsidi untuk proyek itu(TiM_ONE)