ATUT DAN WH DAPAT BERSANDING -->

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

ATUT DAN WH DAPAT BERSANDING

Friday, June 17, 2011

SERANG - Partai Golkar dan Partai Demokrat yang kerap saling berhadapan (head to head), dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2011 bisa saja berubah. Dua parpol ini bisa bersanding untuk mengusung pasangan calon gubernur/wakil gubernur.
Anggota Dewan Pembina DPP Partai Demokrat Hayono Isman me­ngatakan, koalisi antara Partai Golkar dengan Demokrat mung­kin saja terjadi. “Bisa saja Golkar dan Demokrat di Banten berkoalisi asalkan mengedepankan kepentingan rakyat,” ujar Hayono usai menghadiri acara Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) di Pendopo Gubernur, Kamis (16/6).
Hayono yang didampingi beberapa fungsionaris DPD Demokrat Banten seperti Aeng Haerudin dan Taufiqurohman menegaskan, mitra koalisi yang terpenting adalah mengusung kepentingan rakyat. “Sah-sah saja berkoalisi,” tegas Hayono yang juga menggambarkan koalisi di tingkat pusat.
Kemungkinan berkoalisi juga diungkapkan mantan sekretaris DPD Partai Demokrat Aeng Haerudin. Sama dengan Hayono, menurut Aeng, koalisi dengan Golkar bisa terjadi jika untuk kepentingan masyarakat Banten. “Apa yang tidak bisa terjadi dalam dunia ini termasuk di politik. Koalisi Demokrat dan Golkar di Banten bukan merupakan hal yang mustahil,” jelasnya.
Kemungkinan koalisi antara Golkar dan Demokrat semakin terbuka setelah masing-masing yang dijagokannya sama-sama masih menutup diri. Jika Ratu Atut Chosiyah dari Golkar masih belum mau memilih dan meng­ungkapkan pendampingnya ke­pada publik, Wahidin Halim (WH) yang dijagokan Demokrat justru belum memproklamirkan diri apakah akan maju sebagai calon gubernur (calgub) atau sebagai calon wakil gubernur.
Hal senada diungkapkan Sekretaris DPD Golkar Banten Tb Iman Ariyadi. Menurut Iman, koalisi Golkar dan Demokrat memiliki potensi besar untuk terjadi. Selain adanya sekretariat gabungan (setgab) di tingkat pusat, Iman mengatakan hal itu bisa menguatkan koalisi ke­dua­nya. “Ketika Golkar ber­sanding de­ngan Demokrat, itu sangat baik bagi pembangunan Banten ke depan. Atut yang pernah menjabat Gubernur akan se­ma­kin kuat jika Wahidin  yang dua periode memimpin Kota Ta­ngerang mendampinginya. Visi dan misi keduanya bisa digabungkan demi kemajuan Banten. Itu kan tujuan kita bersama yaitu memajukan Banten,” jelas Iman ketika di­hubungi tadi malam.
Iman menambahkan, ketika pe­metaan Atut dan Wahidin ter­jadi, konteks persoalannya hanya posisi. Dalam hal ini, kata Iman, jika Wahidin siap menjadi orang ke­dua dalam koalisi Gol­kar–De­mokrat akan lebih bagus. Iman mengatakan, koalisi Golkar–Demokrat bisa terjadi jika yang dikedepankan bukan perbedaan tapi persamaan dalam mem­ba­ngun Banten. “Tetapi yang saya harapkan adalah tidak mem­bi­ca­rakan tentang ego partai seperti siapa orang pertama dan siapa orang kedua, siapa pemenang pe­milu, dan sebagainya. Kalau bicara dalam konteks koalisi, itu bukan harga mati. Soalnya tidak mung­kin Atut menjadi wakil se­telah menjabat sebagai gu­b­ernur di periode pertama,” ungkapnya.
Iman berharap ada penjajakan yang lebih konkret dari Golkar dan Demokrat. Baik Atut dan Wahidin maupun Golkar dan De­mokrat, harus duduk satu meja dan membicarakan koalisi. “Itu sangat tepat. Karena Golkar dan Demokrat punya persamaan platform dan menurut saya tidak sulit menepikan ego masing-masing,” jelasnya.
Iman juga menggambarkan dalam sirkulasi elite politik yang akan terjadi perubahan. Me­nu­rut­nya ada momentum di mana seseorang akan menjadi pe­mim­pin sebuah daerah. “Ini kan mo­men yang terus bergulir dalam lima tahun ke depan. Menjabat sebagai gubernur atau wakil gubernur hanya terjadi dalam lima tahun dan sirkulasinya akan terus bergulir,” terangnya.
Namun demikian, Iman me­ngakui komunikasi yang di­ba­ngun antara Golkar dan Demokrat belum maksimal. Bahkan Iman mengatakan kesiapannya untuk memulai komunikasi yang intens dengan Demokrat. “Tapi harus kita konsultasikan dulu dengan seluruh pimpinan di Golkar. Jika disetujui, saya siap memulai ko­munikasi itu. Karena per­ma­sa­lahan selama ini adalah belum ada yang memulai untuk mem­buka pembicaraan,” pungkasnya.
KOALISI PPP
Pada bagian lain Wakil Ketua DPW PPP Banten Makmun Muzaki mengatakan bahwa koa­lisi PPP dengan PKS masih ber­jalan. “Sampai saat ini tidak ada perubahan. Kami masih mem­ba­ngun koalisi dengan PKS,” ujar Makmun.
Anggota DPRD Banten itu me­nambahkan bahwa koalisi de­ngan PKS merupakan format ideal. Itu karena dua parpol ini me­miliki basis massa yang jelas. “Secara matematika, koalisi PPP de­ngan PKS akan menjadi ke­kua­tan baru. Sebab pada per­olehan suara pemilu lalu, per­ole­han dua parpol ini besar,” ujarnya.
Terkait nama yang akan di­ajukan dalam koalisi, Makmun me­ngatakan bahwa PPP me­ngusung dua nama yaitu ketua DPW PPP Banten Mardiono sebagai bakal calon gubernur yang akan diajukan ke KPKS, atau opsi kedua dengan mengu­sung bendahara PPP Banten Zae­nudin sebagai bakal calon gubernur yang akan disandingkan dengan bakal calon gubernur yang diusung PKS. “Semua ke­mung­kinan itu akan final saat kami mem­bahas di arena mukerwil (musyawarah kerja wilayah) pada 20 Juni mendatang,” im­buh­nya.