Pelatihan Tenaga Montir untuk masyarakat yang kurang beruntung -->

Advertisement

Masukkan script iklan 970x90px

Pelatihan Tenaga Montir untuk masyarakat yang kurang beruntung

Friday, April 29, 2011

Lebak (KB) Pemerintah Provinsi Banten melalui Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial mendidik sebanyak 30 orang gelandangan dan pengemis yang selama ini berkeliaran di wilayah Banten dalam kegiatan montir dan pertukangan.
“Ini program rutin tiap tahun, dan untuk angkatan pertama 2011 kami mencoba membina para gelandangan dan pengemis diajarkan bagaimana menjadi montir atau tukang kayu,” kata kepala Balai Pemulihan dan Pengembangan Sosial (BPPS) Ali Rahman di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, Rabu.
Program sosial menggunakan anggaran APBD tersebut, pada tahun 2011 ini akan membina tidak saja gelandangan dan pengemis, tetapi juga membina wanita yang bermasalah sosial, remaja putus sekolah dan para korban napza.
“Kita bagi dalam empat angkatan, yaitu angkatan pertama (Februari-Maret) mendidik para gelandangan dan pengemis, angkatan kedua (Mei-Juni) mendidik wanita bermasalah sosial, angkatan ketiga (Agustus-September) membina remaja putus sekolah dan angkatan ke empat membina penderita napza,” kata Ali.
Para warga yang mengalami nasib sosial tersebut direkrut dari kabupaten dan kota, dengan jumlah disesuaikan dengan jumlah anggaran yang ada, seperti para gelandangan dan pengemis yang dapat dibina hanya 30 orang, berasal dari Kabupaten Pandeglang 10 orang, Kabupaten Serang 10 orang dan dari Kabupaten Lebak 10 orang.
“Sebenarnya kalau jumlah sarana dan prasarana yang kami miliki saat ini bisa menampung 50 orang, namun karena anggaran yang diberikan terbatas maka hanya 30 orang yang bisa dibina,” kata Ali.
Dia menambahkan para gelandangan dan pengemis tersebut tidak hanya diajarkan cara menjadi montir dan menjadi tukang yang siap pakai saja, tetapi mereka juga diberi pakaian, makan, uang saku dan jika sudah selesai dibina diberi bantuan berupa modal membuka usaha montir dan perkakas tukang.
Ia juga menjelaskan, 30 gelandangan dan pengemis itu, 15 orang diajarkan cara menjadi montir, 15 orang lagi pertukangan kayu.
Disinggung tentang keberhasilan program tersebut, Ali menjelaskan, tingkat keberhasilan sampai mereka bisa mandiri sangat ditentukan pembinaan akhir di tiap-tiap kabupaten atau kota tempat asal mereka, sebab mereka masih perlu bimbingan lanjutan jika sudah terjun ke lapangan kerja.
“Setelah keluar dari Balai ini, kami masih punya tanggung jawab lagi yaitu membina lanjutan dengan mendatangi mereka di tempat asalnya, dan memantau terus hingga mereka benar-benar sudah bisa mandiri,” kata Ali didampingi Kabag Tata Usaha Haerudin.
Ali tidak menampik kalau anak binaannya ada yang gagal setelah ditempa di balai tersebut, namun persentasenya sangat kecil.(Tim_onE)